Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  #  |  need help ?

Banjir, Polisi, dan Angkot Setan

Written By imran rusli on Wednesday, November 26, 2008 | 9:40 AM

CITIZEN JOURNALISM: SIAPA SAJA, MENULIS APA SAJA

Sigit, Debby, Imran Rusli - Jakarta, Pekanbaru

*) Haiiii KoKiers, artikel-artikel di bawah ini bukan artikel KOLABORASI yaaa ... para penulis tidak saling mengenal, Zev mencoba menggabungkan beberapa artikel pendek yang menumpuk di inbox Zev. Masing-masing artikel tersebut terlalu pendek "berdiri" sendiri dalam satu judul berita, namun isinya sayang untuk dilewatkan. Zev menampilkannya secara "rombongan" dalam format seperti di KoKi jadoel, mudah-mudahan asyik-asyik saja membaca-nya, hehehe. Terimakasiiih.

_____________________

Banjir
Sigit Setyawan - Jakarta

Memasuki musim penghujan, Jakarta mulai banjir, saya mulai khawatir. Tahun lalu rumah saya terendam, komputer rusak, dan data hilang. Lima tahun sudah di Jakarta, tapi mengapa juga saya terikat dengan Jakarta?

Teman saya lebih tragis lagi, rumah terendam hingga ke atapnya. Alhasil, pasca banjir dia harus mulai dari awal: membeli segala perabotan yang rusak. Tetangga saya bahkan terpaksa merogoh kocek ekstra untuk mobilnya yang juga terendam. Entah di koceknya ada uang atau nasibnya sama seperti saya, yaitu berhutang.

Dalam meditasi saya di kertas putih, saya menghitung-hitung dan berencana untuk pindah saja dari Jakarta ke daerah. Hasilnya adalah coret-coret, gambar orang entah siapa, dan daftar hutang. Ternyatalah bahwa jika pindah ke daerah, hutang saya tidak akan lunas, mengingat, saya juga tidak tahu mau kerja apa jika saya kembali ke daerah asal saya.

Jadi, saya putuskan saja untuk tetap di Jakarta. Mungkin inilah nasib yang harus saya jalani, bukankah memang sejak dahulu kala Jakarta selalu banjir? Salah saya sendiri mengapa datang ke Jakarta.

Tahun ini saya putuskan untuk mengganjal perabotan, menyelamatkan barang elektronik dan dokumen. Nanti, kalau ternyata terendam lagi, terpaksa berhutang untuk membeli barang. Jadi, sepertinya akan menjadi circle of life saya: beli barang - kebanjiran - hutang - beli barang - kebanjiran - hutang.

Kemarin, ketika hujan turun saya langsung mendengarkan radio, apakah air laut pasang dan hujan juga di Bogor serta apakah pintu air sudah penuh? Meskipun terdengar melo dan dramatis, tapi itulah kenyataan yang harus dihadapi.

_____________________


Polisi Bikin Kacau Lalin?
Debby - Jakarta

Halo Zev dan KoKiers,

Yup, betul judul diatas. Biasanya kan polisi membuat lancar lalu lintas tapi kali ini ceritanya beda. Berikut ceritanya.

Waktu itu saya kan masih naik motor untuk pergi ke kantor untuk menghemat waktu. Jalanan waktu itu biasalah jam masuk kerja ramai padat, dan kalau ada jalan lowong dikit aja ya langsung tancap gas. Nah saat di perempatan jalan, saat itu saya lihat sudah lampu kuning tapi pak polisi kasih aba-aba untuk jalan terus. Dikasih angin begitu ya langsung tancap gas dong. Tapi pas sedang laju-lajunya, pak polisi langsung cuek melengos dan tentu saja posisi samping jalan langsung tancap gas karena memang lampunya sudah hijau dari tadi. Sedangkan posisi saya sudah tanggung ditengah jalan dan dikerumuni sama motor-motor lain yang udah ngak sabaran. Jadilah setelah saya selesai melewati perempatan itu, pak polisi yang lain langsung menyetop saya. Untungnya pak polisi hanya menepuk bahu saya sambil bilang : Kalo lampu merah berhenti ya. Sana jalan lagi. Mungkin karena saya perempuan dan penampilan kaya anak kuliah dipikir kasihan juga kalau ditilang sama pak polisi. Cuma dalam hati sebel aja karena ulah pak polisi yang kasih aba-aba jalan padahal lampu sudah merah.

Ada lagi kejadian seperti diatas, dan akhirnya posisi saya ada dijalur busway yang dua jalur. Maju kena mundur kena jadinya. Terpaksa saya nengok kanan kiri takut ada busway lewat bisa nyenggol motor sambil nunggu lampu hijau.

Setelah belajar dari kejadian menyebalkan itu, ada suatu kejadian lagi saat yang sama hari yang sama terjadi 2 kecelakaan di perempatan lampu merah. Ceritanya sama pak polisi kasih aba-aba jalan terus padahal lampu sudah merah. Saya langsung pelan-pelan saja dan berhenti pas lampu merah sementara kendaraan lain ada yang pelan dan ada yang langsung tancap gas. Benar saja setelah kasih aba-aba, pak polisi langsung melengos, dan terjadilah tabrakan motor dan motor karena rem mendadak. Saya lihat mereka tidak saling menyalahkan dan saling maklum karena bukan salah mereka berdua. Pak polisi pun sudah ngacir entah kemana.

Tak lama kemudian dilampu merah berikutnya, kejadian serupa terjadi lagi dan terjadilah tabrakan motor dan mobil. Mobil yang mengerem mendadak diseruduk motor yang tidak siap rem. Merasa keduanya tidak bersalah, mereka pun bersitegang. Si pengendara motor menegor pengendara mobil yang mengerem mendadak dan pengendara mobil saya lihat menunjuk-nunjuk kearah pak polisi yang memberi aba-aba. Saya lihat pak polisi hanya cengengesan. Entah apa yang terjadi berikutnya, karena saya langsung cabut pas lampu hijau.

Ya tidak semua pak polisi punya citra jelek seperti itu. Namanya juga manusia dan mungkin pak polisi juga bingung ngatur kendaraan yang buanyak banget di Jakarta. Apalagi pas arus pergi dan pulang kantor. Tapiii menurut saya tak perlu mereka kasih aba-aba lagi kan sudah ada lampu lalu lintas jadi tidak buat bingung pengendara.

Bagi pengendara pasti banyak cerita suka duka selama di perjalanan. Kadang sesama pengendara akur banget jalannya kaya bebek yang sedang digiring ke kali tapi kadang juga sikut-sikuttan karena jalanan macet dan enggak sabaran. Sekerang sih pere ( istirahat ) dulu naik motornya, lagi beradaptasi desak-desakkan naik busway sambil nonton pengendara motor yang berseliweran kaya laron.

Sekian saja ceritanya mudah-mudahan bermanfaat ( emangnya obat ) dan hati-hati kalo polisi kasih aba-aba dijalan karna bisa saja mereka ngak jelas aba-abanya dan tidak bertanggung jawab setelah itu karena setelah itu terserah anda...

Terima kasih kalo artikelnya dimuat, kalo tidak pun ya wasalam.

Salam ah

___________________

Angkot Setan
Imran Rusli- Pekanbaru

Was wis wus, angkot Pekanbaru kalah jauh sama angkot Padang, mungkin karena supir angkot di Pekanbaru keturunan supir-supir angkot Padang, buktinya supir angkot Pekanbaru anak-anak Padang semua, yang tak punya kepedulian terhadap orang lain, maunya mereka aja yang diperhatikan. Kalau ditegur marah-marah, kalau dibiarkan ngelunjak.

Lihat lah gayanya kalau lagi bawa angkot, musik disetel kenceng, ruang penumpang habis disita sound system, yang bunyinya persis kaleng rombeng, mana bass, mana gitar, mana keyboard sama saja, mungkin pake irama piring pecah, saking tak jelas

Udah gitu ngetem di mana tempat, di mana sudut, tak peduli lampu merah, tak peduli bikin macet, pokoknya udah bayar polisi, udah bayar preman, suka-suka gua dong!

Warnanya juga monoton, nggak kayak angkot Padang yang rame, persis kuah gulai, segala merek yang ada di most wanted dipindahin ke angkotnya, segala merek ban, segala merek vleg diukir ke angkotnya, trus ditambah klakson setan, yang bunyinya pernah bikin pingsan ibu-ibu, karena persis lenguhan lembu...yang lagi ngeden.

Hijau, itu pasti angkot rute Panam - loket. Loket itu sebutan untuk terminal lama Mayang Terurai, letaknya di Jalan Tuanku Tambusai. Panam nggak ada hubungannya sama Amerika, sama amak (ibunya) rika mungkin ya? Tapi tak semua hijau tu royo royo eh angkot Panam - Loket, ada juga yang curang, cukup melayani Pasar Pagi Arengka - Arhanud saja, meski rute itu sebetulnya nggak ada, tapi karena jaraknya dekat (sekitar 3 kilometer) banyak supir yang suka, karena tarifnya sama aja, Rp2.500 sekali turun (naik gratis turun bayar).

Yang kuning itu angkot rute Pasar Kodim - Perumnas Rumbai, jalur ini melewati Jembatan Leightoon yang dipaksa mengubah nama jadi Jembatan Siak 1, bantaran Sungai Siak yang selalu menjadi langganan banjir tiap tahu, sehingga laris dijadikan komoditi Pilkada, misalnya sekarang untuk Pilkada Gubernur. Semua kandidat berlomba-lomba membantu korban banjir Meranti Pandak, sambil mendoakan agar mereka terus saja kebanjiran agar bisa dibantu lagi dan memberikan suaranya pada kandidat yang memberi.

Tapi angkot kuning juga melayani rute Perumnas Rumai - Perumnas Rumbai, nah lho? Ya cuma mutar aja sekeliling Rumbai, ke komplek Caltex atau Chevron, Politeknik Caltex, tarifnya Rp2.500 juga sekali turun.

Paling banyak biru muda, benar-benar nggak kreatif orang Pekanbaru ni, angkot biru muda rute Ramayana - Tanjung Rhu (Pelabuhan Sungai Duku), Gobah - Pasar Pusat (Ramayana) juga biru muda. Ramayana - Pasar Dupa biru muda, Pasar Dupa - Kubang biru muda, kayak ngak ada warna lain aja. Lihat angkot Padang ada merah, putih, biru tua, biru muda, hijau, orange, pokoknya nano-nanolah. Udah gitu divariasikan lagi, sampai norak saking terllampau aksinya, belum lagi ucapan-ucapan aneh yang dipasang di body angkot misal: suka-suka gua, dealopa (maksudnya kali dealova), huriken (hurrricane), eporia (euforia), mas jambang, anak lintau, tukang pakang dstnya, pokoknya rame.

Bis kotanya juga lebih ganas Padang. Supir dan keneknya sok preman banget. Pakai kaca mata hitam, ikat kepala, kalung besi dan ikat pinggang benggol besar. Musik disetel keras-keras, sampai penumpang yang mau turun harus teriak-teriak atau bertepuk tangan. Udah gitu ngebut terus, tak peduli ada bendi atau sepeda motor di depan, tancaaaaaaap mang. Tak terhitung sudah berapa warga Kota Padang yang mati di roda bis kota, entah berapa pula mahasiswa yang kehilangan nyawa, karena nekad menumpang bis Kota Padang. Belum copetnya, guanas-guanas Mas, tak peduli remaja tak peduli orang tua, kalau ngelawan dirogoh kantongnya ya diobeng matanya, iya ditancap pakai obeng tu mata!

Kalau di Pekanbaru bis kota paling ngebut di Sudirman yang lebar dan mulus, di Padang di Jalan sempit kaya' depan Minang Plaza diembat juga, padahal padat sekali di situ. Yang lebih buruk kalau udah masuk kawasan Pasar Baru dan Permindo, macetnya melebihi Kuningan pada jam pulang kantor, tak bergerak sama sekali, tapi bis kota Padang tetap melompat-lompat, melonjak-lonjak kayak kuda diikat.

Mungkin supir angkot di Padang keturunan setan semua, buktinya kalau bawa angkot tu kayak orang kesetanan terus. Di Jalan Sandang Pangan yang amat ramai, mereka ngebut juga, tak peduli orang kesenggol atau jualan orang tumpah, apalagi dilampu merah, tak pernah mau ngalah, jalur belok kiri diisinya juga, padahal dia mau belok kanan, sehingga orang yang mau lurus terkaget-kaget dibuatnya.

Kadang-kadang terpikir juga, kok ada ya orangkaya gitu, yang begitu tak pedulinya sama orang lain, mungkin di mata mereka semua orang itu sama saja harganya: Rp2.500!

Innalilahiwainnailaihi rojiun, panjang jugalah umur supir-supir angkot itu.

---------

Sorry lagi Zev.


0 komentar:

Post a Comment