Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  #  |  need help ?

Salaman (phobia karet gelang)

Written By imran rusli on Sunday, November 23, 2008 | 8:46 PM

Saya punya masalah akut: takut salaman. Setiap kali salaman sama orang kulit tangan saya langsung terasa panas dan perasaan saya nggak enak. Akibatnya saya tidak bisa fokus atau berkonsentrasi. Saya baru tentram lagi kalau telah melihat air di mana saya bisa mencuci atau merendam tangan tersebut, dan semakin tenang setelah tangan saya ketemu air. Dicuci atau direndam.
“Penyakit” ini sering membuat saya rikuh, takut orang tersinggung. Masalahnya, begitu selesai salaman saya langsung larak-lirik, celingak celinguk mencari air.
Anehnya, ‘penyakit’ ini seperti berkembang atau naik tingkat. Kalau mengetik di komputer, apalagi komputer umum, di kantor, di rental atau di warnet, saya tak bisa mengetik tanpa ditemani air di dekat saya. Karena setiap kali menyentuh keypad atau mouse, saya kembali terbayang segala macam tangan yang telah menyentuh keypad atau mouse tersebut, dan itu membuat tangan saya panas serta perasaan saya tak enak. Begitu pula kalau jari saya menyentuh bagian komputer yang tidak saya niatkan untuk disentuh, misalnya saya mau mengetikkan huruf R, tapi meleset kena bagian bawahnya. Nah, tuh saya langsung blingsatan nyari air.
Tapi kalau ada air di dekat saya, di mana saya bisa mencelupkan atau merendam jari, saya bisa tenang lagi. Namun sebelum mulai mengetik seluruh bagian komputer yang mungkin telah disentuh orang saya lap dengan lap basah. Ini benar-benar merepotkan, meski tak mengganggu orang lain, meski tak urung membuat mereka yang memperhatikan heran juga.
Kalau di warnet tak ada air, saya terpaksa membeli air atau minuman lainnya, asal bisa mencelupkan jari saya, atau kalau tak ada juga, saya terpaksa memakai ludah saya, sebelum ketemu air beneran. Nah tuh, kan malah makin jorok!?
Celakanya, saya juga tak bisa disentuh anak-anak dengan telapak tangan terbuka. Misalnya mereka memegang tangan saya, saya langsung kepanasan dan mencari air untuk membasahi bagian yang terkena tangan mereka tadi. Sayajuga tak bisa membelai anak-anak setelah mereka tumbuh dewasa, ketika mereka kecil saya tak masalah menyentuh bahkan mencium anak-anak itu. Padahal anak-anak saya bersih dan cakep-cakep. Edan kan?
Itu dengan anak sendiri, bayangkan dengan orang lain, apalagi yang memang lagi jorok, berkeringat misalnya, atau buka baju atau pakai singlet, padahal saya juga tak bersih-bersih amat. Kulitnya aja yang sok elite.
Satu-satunya yang bisa menyentuh saya tanpa saya merasa kepanasan hanyalah istri dan cucu. Saya juga enak saja mengganti popok atau membersihkan pubnya.
Ini sering membuat anak saya sedih, tapi lama-lama mereka mengerti juga dan bisa menerima keanehan ayahnya. Mereka bilang ayah unik, satu-satunya di dunia, mahluk langka yang harus dilestarikan dan seterusnya (nyindir tentunya).
Saya sendiri juga tak bisa menyentuh bagian tubuh saya dengan jari terbuka. Misalnya menggaruk atau menggosok. Begitu aktivitas tersebut selesai, saya harus langsung cuci tangan, kalau nggak, panas deh tuh jari.
Memakai sandal jepit gantian dengan orang lain juga tak bisa. Kaki saya akan langsung panas dan persaaan saya gelisah. Saya hanya bisa memakai sandal jepit saya sendiri. Lucunya, tak ada masalah dengan sandal kulit. Heran.
Melihat karet gelang saya lebih benci, udara di sekitar saya langsung terasa panas sekali. Apalagi bersentuhan dengan benda itu. Kalau tangan saya tersentuh karet gelang, saya bisa tiga hari cuci tangan melulu. Pernah dulu makan sayur bayam kesukaan saya, lagi ayik-asyik ternyata di dalamnya ada karet gelang bergulung. Hoek, saya muntah-muntah dan kehilangan nafsu makan sampai seminggu. Gila!
Padahal waktu kecil saya juara main karet gelang. Kami mainnya di tanah. Karet gelang ditaruh dalam kotak garis, lalu dilempar dengan batu. Karet gelang yang berhasil dilempar keluar garis akan jadi milik di pelempar. Nah saya sering banget menang main itu. Semua karet gelang yang berlumuran debu itu saya masukkan ke pergelangan tangan. Saking banyaknya penuh sampai ke siku. Sekali waktu saya memperhatikan karet gelang di pergelangan tangan itu, karena bercampur debu dan keringat karet gelang tersebut terlihat sangat menjijikkan.
Sejak itu saya jijik terhadap karet gelang. Tak bisa lagi memegangnya, bahkan berada dekat benda itu pun saya akan langsung merasa tak nyaman. Melihatnya saja bisa membuat saya mual dan ingin muntah. Udara seperti dipenuhi baunya dan hidung saya akan langsung bereaksi. Tobat…tobat!
Jadi, kalau suatu kali nasib mmepertemukan kita, dan saya terlihat resah setelah kita salaman, mohon dipahami ya. Saya sendiri juga nggak ngerti tuh. Masalahnya saya berpikir bahwa saya akan bersentuhan dengan tangan yang tak ada masalah dengan karet gelang. Itu tuh yang membuat saya kelabakan.

0 komentar:

Post a Comment