Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  #  |  need help ?

Bumen Terancam?

Written By imran rusli on Sunday, February 8, 2009 | 11:32 PM

Salah satu yang bergeser dalam perubahan SOTK 19 Januari lalu adalah pos-pos di Dinas Pendidikan yang berkorelasi langsung dengan masa depan Bumen (Budaya Mentawai) yang rencananya akan dijadikan Mulok (Muatal Lokal) di sekolah-sekolah dasar di Mentawai.


November 2008, banyak wajah-wajah sumringah di Uma YCM, Mapaddegat. Masalahnya pada bulan itu Divisi Pendidikan YCM,bersama Direktur YCM menyerahkan seberkas draft kurikulum Budaya Mentawai (Bumen) kepada Drs Syaiful Jannah yang waktu itu menjabat Kabid Dikdasmen Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Berkas draft kurikulum Bumen yang disusun Divisi Pendidikan YCM melalui kerjasama dengan berbagai pihak tersebut, termasuk kalangan pendidikan di Universitas Negeri Padang, tenaga-tenaga ahli kebudayaan dari Balai Kajian Sejarah dan Nilai-nilai Tradisional, serta pemuka-pemuka adat Mentawai sendiri yang tergabung dalam AMA-PM, rencananya akan dipelajari oleh Tim Perumus Rekayasa Kurikulum di Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk kemudian disempurnakan dan disahkan sebagai mata pelajaran Muatan Lokal (mulok) di sekolah-sekolah dasar di seluruh Mentawai.

Dinas, kata Syaiful waktu itu, akan membentuk tim perumus tersebut, dan sudah santer terdengar ke masyarakat bahwa Sermon Sakarebau SSos akan ditunjuk sebagai ketua tim. Tapi tanggal 19 Januari 2009 semuanya jadi mentah lagi, karena Syaiful Jannah dan Sermon Sakarebau dipindah dari pos semula. Syaiful Jannah digeser dari Kabid Dikdasmen di Dinas Pendidikan ke Sekretaris Dinas Pendidikan, sementara Sermon Sakerebau digeser dari jabatan semula Kasi Pendidikan Luas Sekolah di Dinas Pendidikan menjadi Sekretaris Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan KB.

Pejabat lainnya di Dinas Pendidikan yang selama ini menunjukkan simpoati dan komitmennya untuk menggolkan Bumen sebagai Mulok adalah Pir Paulus SPd SD, Kasi Pembinaan Tenaga Guru dan Diklat pada Dinas Pendidikan yang dimutasi ke Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga sebagai Kabid Kebudayaan.

Mentok Lagi

Perjuangan YCM dan AMA-PM dan para simpatisan untuk menjadikan Bumen sebagai Mulok sudah berlangsung lama. “Tahun 2005 model kurikulum itu sudah diterima Kepala Dinas Pendidikan Ranting Siberut Utara, waktu itu dijabat Sermon Sakerebau—sekarang Kepala Seksi Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan Mentawai—dan diterapkan di sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan Siberut Utara dengan fasilitasi YCM. Tahun 2007 diserahkan lagi ke Dinas Pendidikan di Tuapeijat dan disambut positif di tingkat Kepala Seksi, bahkan mereka berjanji membentuk Tim Rekayasa Kurikulum Muatan Lokal Bumen ini, tapi kemudian tak ada tindak lanjutnya. Baru hari ini ada kesempatan lagi,” ungkap Tarida Hernawati, Kepala Divisi Pendidikan YCM usai acara penyerahan kurikulum yang disusun YCM pada pihak Disdik Mentawai Jumat (14/11/08).

Sekarang peluang itu kandas lagi. Komunikasi mentok, karena tentu perlu penyesuaian lagi dengan oejabat baru. “Sekarang kami belum bergerak karena pejabat yang baru mungkin masih sibuk membenahi diri dan manajemen di tempat baru, jangan diganggu dulu, nanti saja kira-kira di minggu ketiga bulan Februari kita coba audiensi,” kata Tarida,

Sandang Paruhum, Direktur YCM, mengatakan agar tak terlalu mentok, YCM sudah siap dengan beberapa jurus alternatif. “Kita akan mendekati cabang dan ranting dinas pendidikan di kecamatan, lalu menyerahkan draf kurikulum yang sama, biarlah mereka saja yang meneruskannya ke kepala-kepala sekolah di wilayahnya,” kata Sandang. Tapi Sandang yakin, suatu hari nanti Bumen akan diajarkan di sekolah-sekolah dasar, bahkan di tingkat lanjutan dan atas. “Hanya soal waktu saya rasa, sesuatu yang memang baik tidak mungkin ditolak terus kan?” ujarnya.

Sri Raju Taileleu, Sekretaris AMA-PM Kabupaten Kepulauan Mentawai mengeluarkan statement yang agak beda. “Kita akan mencoba terus melakukan penekanan-penekanan, secara halus, lewat omongan lisan atau tulisan resmi, Kalau memang tidak ada juga respon atau niat baik Pemda, kita akan turun ke jalan, berunjuk rasa, meminta hak anak-anak kita untuk dapat belajar kebudayaannya sendiri dengan tenang. Saya bingung, apakah orang di dinas tersebut bukan orang Mentawai, mengapa mereka begitu gigih menolak Bumen?” katanya.

Belum Jelas

Apakah Pemkab memang sengaja mengubah SOTK di Dinas Pendidikan untuk menolak Bumen secara halus? Belum tentu juga sebenarnya dan sepertinya agak paranoid kalau ada yangberpikir begitu. Semuanya masih menunggu sampai minggu ketiga bulan Februari. Kita akan lihat bagaimana kejadiannya setelah Divisi Pendidikan YCM bertemu pihak Dinas Pendidikan. Jadi kita tunggu sajalah.




AMA-PM Akan Lakukan Penekanan-Penekanan

Ketika perubahan SOTK ini ditanyakan ke Urlik Tatubeket, Ketua AMA-PM Kabupaten Kepulauan Mentawai dia mengaku gundah juga sedikit. “Banyak program AMA-PM yang akan terganggu karena perubahan ini, antara lain kerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang mulai bagus. Pak Pardede sudah tak di Deperindagkoptam lagi, kita belum tahu bagaimana sikap penggantinya,” kata Urlik.

Tentang Bumen Urlik mengatakan memang bisa terancam batal juga, tapi untuk sesuatu yang memang baik bagi generasi penerus Mentawai AMA-PM tak kan segan-segan memperjuangkannya. “Kita sudah lakukan penekanan-penenakan sejak dulu, dan itu takkan berhenti, sebelum Bumen terealisasi sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah,” katanya lagi.

Apalagi, kata Urlik, yang akan diwariskan melalui Bumen adalah hal-hal mendasar yang akan membuat generasi penerus Mentawai tetap sadar akar dan indentitas dirinya. “Bukan sekedar mewariskan turuk laggai ini, tapi mewariakan sikap hidup, serta potensi-potensi sosio ekonomi yang dimiliki Mentawai,” tegasnya. ran

0 komentar:

Post a Comment