Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  #  |  need help ?

Muatan Lokal Budaya Mentawai Kenapa Sulit?

Written By imran rusli on Wednesday, November 26, 2008 | 1:20 AM

Mulok Bumen (Muatan Lokal Budaya Mentawai) seperti barang panas saja di Mentawai. Meski sudah digagas YCM (Yayasan Citra Mandiri) sejak tahun 2002 dan diusulkan untuk diajarkan di sekolah-sekolah Mentawai, pihak yang punya otoritas—dan juga anggaran—yakni Dinas Pendidikan Mentawai, terkesan enggan menerapkan.

Bumen (Budaya Mentawai) bukan mahluk angkasa luar yang asing atau alien, dia sesuatu yang hidup dalam keseharian masyarakat Mentawai. Bumenlah yang memberi identitas etnis pada masyarakat Mentawai.

Meski begitu, seperti juga budaya-budaya lain di dunia, Bumen juga sudah tergerus zaman karena interaksinya dengan berbagai unsur dari luar dan geliat perubahan dari dalam masyarakat Mentawai sendiri, namun yang esensial, substansial (nilai-nilai pokok) tak kan berubah jauh. Selamanya dia akan menjadi pedoman atau pegangan hidup masyarakat agar serasi dengan lingkungan tempat hidupnya, karena Bumen memang lahir dari pergumulan yang intens antara masyarakat dengan sesama dan lingkungannya.

Tapi kondisi ini tak kan tercapai tanpa pemeliharaan, karena budaya bisa hidup kalau ada yang mendukungnya, yakni masyarakat. Jika masyarakat sudah berhenti memelihara produk kearifan yang secara turun-temurun diwariskan kepada mereka oleh generasi sebelumnya dan memilih budaya lain untuk dijadikan jalan hidup, maka budaya tersebut akan mati perlahan-lahan.

Sekarang nilai-nilai budaya itu makin berjarak dengan generasi muda Mentawai. Menurut Yosep Sarogdog, Ketua Panitia Pagelaran Budaya Mentawai 2008, indikasinya sudah banyak. “Misalnya keawaman generasi muda terhadap bentuk-bentuk kesenian daerah atau alat-alat yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sudah banyak yang menikah dengan tata cara baru, yang bahkan tak jelas menggunakan adat mana,” kata Yosep.

Urlik Tatubeket, Ketua AMA-PM (Aliansi Masyarakat Adat – Peduli Mentawai) Kabupaten Kepulauan Mentawai, mengatakan hal senada. “Jangankan hal-hal yang bersifat prinsipil seperti itu, turuk aja sudah banyak yang tidak tahu,” ungkap tokoh budaya yang juga pendeta ini.

Urlik mengaku agama samawi ikut berperan dalam penghapusan Bumen, tapi katanya, segala tindakan keras di masa lalu tersebut tidak dimaksudkan untuk mencabut masyarakat Mentawai dari budayanya sendiri, meskipun hasilnya pada akhirnya justru seperti itu.

“Karena itulah sekarang, kita semua wajib mengembalikan hak orang Mentawai yang selama ini telah dijauhkan dari mereka,” katanya.

0 komentar:

Post a Comment