Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  #  |  need help ?

Sebuah Pondok di Kotaku

Written By imran rusli on Thursday, December 18, 2008 | 11:29 PM

Meski kini berdomisili dan telah menjadi warga Pekanbaru, Padang masih menjadi kota saya, maklum SD (SD Pertiwi II Belakang Tangsi) saya di sini, SMP sebagian--karena saya sering pindah sekolah yakni SMP 4, SMP 3, SMP 359 Sabang (Aceh), SMP 1 dan SMP 2 Pariaman--juga di sini, SMA sepenuhnya di sini (SMA 1), dan kuliah (Antropologi Unand) pun di sini, meski tak sampai selesai.

Jadi, sah-sah saja kan saya bilang Padang itu kotaku? Apalagi sekarang saya kerja di sini, ngurusin Tabloid Puailiggoubat dan bantu-bantu media online padangmedia.com. Jadi, udah, nggak ada yang peduli kok!

Mahluk apa sih Pondok itu? Yang pasti bukan seperti yang Anda Pikirkan, karena Pondok bukanlah bangunan, tapi sebuah kawasan. Kawasan yang terletak di bagian selatan Kota Padang, tepatnya dalam wilayah Kecamatan Padang Barat, Kelurahan Pondok, meliputi sebagian Jalan HOS Cokroaminoto, sebagian Jalan Sungai Bong, sebagian Jalan Niaga, seluruh Jalan Pondok, seluruh Jalan Tepi Pasang, sebagian Jalan Pulau Karam, sebagian Jalan Kali Kecil, dan sebagian Jalan Tanah Kongsi.

Banyak ikon khusus untuk mengenali kawasan ini, antara lain Pecinan, Apotik Kinol, RM Pagi Sore, Bioskop Satria (Apolo), es durian, kedai kopi Nam Yang, tukang gigi, pasar Tanah Kongsi, pusat penjualan kripik balado, penjahit Bola Dunia, toko sepatu Hero dan Padang Galery. Kalau Anda ke Padang dan tanya-tanya ikon-ikon ini pasti semua tahu.

Kawasan ini juga tergolong dekat dari hotel, misal Hotel Pangeran City, Hotel Ambacang Plaza, Hotel Bumi Minang, Hotel Hayam Wuruk, Hotel Nuansa, Hotel Muara, Wisma Immanuel, Hotel Dipo. Jarak terjauh, hanya sekitar 1 km, atau 15 menit jalan kaki.

Meski kecil, Pondok merupakan bagian tak terlepaskan dari sejarah Kota Padang, karena kawasan Pecinan ini dekat dengan Pasa Gadang (Pasar Besar), pusat perdagangan terbesar di Padang pada zaman Belanda, bahkan bisa dibilang tumbuh bersamaan, karena etnis China--yang dikonsentrasikan di kawasan itu--adalah mitra dagang setia VOC, perusahaan dagangnya Belanda.

Pondok juga tidak jauh dari Pelabuhan Muaro, basis militer, pergudangan dan pelayaran antar pulau, yang merupakan pelabuhan utama Kota Padang sebelum Taluak Bayua (Teluk Bayur atau Emma Haven) dibangun.

Pokoknya Pondok itu sentral, dulu. Sekarang masih sentral sebenarnya, tapi di bidang lain: kuliner.

Bila malam tiba, Pondok akan berubah jadi pusat jajanan serba ada. Pedagang makanan dan minuman bermunculan di emper-emper toko dan pinggiran jalan. Jalan raya pun berubah menjadi areal parkir, sehingga selalu macet dan susah dilewati. Keramaian ini akan berlangsung sampai pukul 24.00 WIB, kecuali di beberapa rumah biliar--seperti Rumah Biliar Damarus- yang buka sampai jam 02.00 WIB pagi.

Meski sejak pagi warga Kota Padang sudah menjadikan kawasan ini sebagai tempat favorit untuk sarapan dan tempat makan siang, tapi keramaian di malam hari jauh melebihi. Kalau pagi orang paling-paling mencari lontong sayur, bubur kacang ijo campur roti tawar, serabi kuah, bubur kampiun, dan bubur ayam, sementara siang orang akan ramai-ramai makan di RM Pagi Sore yang terkenal dengan ayam goreng kurusnya, atau menikmati es durian di Pulau Karam, maka malam hari orang akan mendapatkan lebih banyak keinginan, karena jumlah pedagang bertambah drastis.

Ah, ini kan sama saja dengan Pecenongan atau Pujasera di mana-mana, apa uniknya, di mana asyiknya?

Eh tunggu dulu. Malam hari Pondok akan menggelar lebih banyak jenis makanan. Mulai dari sea food dan chinese food di Restoran Apollo; ikan bakar bumbu pedas biasanya ikan nila dan ikan kerapu; sate ayam khas Padang (lontong dan kuahnya beda); sate KMS cabang Blok A yang juga dikenal dengan nama Sate Berungut karena pemilik atau kasirnya selalu cemberut dan memasang wajah masam seolah-olah kesal pada pembeli; Sate Danguang-danguang, meski tak seenak yang di Payokumbuah atau di Pekanbaru; gado-gado; lotek; bubur ayam; martabak mesir, yang masih kalah jauh dari Martabak Kubang di Jalan M Yamin; aneka jajanan pasar; soto minang dan sop; mi goreng; mi rebus; roti Hoya Bakery; roti bakar; ayam bakar; babi panggang, yang ini restorannya khusus; nasi goreng; nasi ramas; lompong sagu, lamang tapai; pisang panggang, pisang goreng, aneka gorengan lainnya; jagung bakar, jagung rebus, aneka jus; segala macam kopi; aneka teh; jeruk peras; es teler; cendol; es durian; es campur; es tebak; skotang, dan banyak lagi.

Asyiknya, semua dijajakan di tempat terbuka--tapi bukan di tenda-tenda--di lingkungan yang bersih, tak ada bau got atau aroma tak sedap lainnya, karena para pedagang cukup disiplin menjaga kebersihan lingkungan, dan suasananya begitu hidup karena setiap orang sepertinya sudah saling kenal. Jadi Pondok itu seperti rumah besar tempat anggota keluarga besar bertemu dan berkumpul. Tegur sapa, saling bertukar senyum, anggukan ramah bertebaran di sana-sini. Suasana seperti ini takkan Anda temui di Pecenongan atau Pujasera manapun, karena orang tak saling kenal dan biasanya sibuk dengan kelompok masing-masing. Pondok itu beda.

Jadi kalau Anda ke Padang dan bosan dengan menu hotel yang itu ke itu saja, cobalah ke Pondok, tak ada ruginya toh, cuma jalan kaki sebentar dan paling banter habis Rp25.000 (harga makanan Rp5.000 - Rp15.000 per porsi, minuman Rp3.000 - Rp10.000), siapa tahu dapat teman atau relasi bisnis baru, karena Pondok merupakan salah satu tempat kumpul favorit kaum elite dan profesional Kota Padang.

Yang khas di Pondok
1. Toko Sepatu Hero (bisa pesan sepatu dan sandal di sini).
2. Padang Galery (karya pelukis Padang tersedia di sini, dari yang sudah punya nama, sampai yang baru lahir).
3. Penjahit Bola Dunia (penjahit terkenal yang banyak diminati pejabat).
4. Kedai Kopi Nam Yang (kedai kopi kesukaan tokoh politik, anggota dewan, kepala dinas, pengusaha sukses, wartawan, dokter, pengacara, tokoh pemuda, dan sejenisnya).
5. Sate Ayam Mak Codet (sate ayam dengan bumbu kacang dan bumbu kecap, lontongnya beda, pipih, dibungkus dan diikat tali pisang).
6. Es Durian (eh campur dengan lelehan duren di atasnya).

2 komentar:

Anonymous said...

coba posting ini ada sebelum gw ke Padang akhir bulan Nov'08 yg lalu...... kan bisa di eksplore tuh

pulang berikutnya nanti dicoba ya

imran rusli said...

yaah loe, nggak apa kan masih ada kapal ke padang, eh loe mah terbang kayak peterpan he he

Post a Comment