Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  #  |  need help ?

Bukan Mewariskan Tari-Menari

Written By imran rusli on Wednesday, November 26, 2008 | 1:32 AM

Pengajaran Bumen (Budaya Mentawai) dalam paket ajar mulok (muatan lokal) bukan dimaksudkan untuk sekedar mewariskan tari-menari atau eksotisme budaya Mentawai lainnya, melainkan ada yang lebih penting dan justru itulah kuncinya.

Kalau dipahami bahwa pengajaran Bumen sebagai mulok hanya agar anak-anak Mentawai bisa turuk laggai (menari), menyanyikan urai (lagu-lagu asli Mentawai), menikah dengan tata cara adat Mentawai, atau lain-lain semacam itu, maka dipastikan hal itu salah kaprah.

“Bukan itu yang ingin diwariskan lewat Bumen, tapi substansi dari budaya Mentawai itu sendiri,” kata Aldes Fitriadi, mantan Kepala Divisi Pendidikan YCM dalam ‘Seminar Muatan Lokal Budaya Mentawai, Peluang danTantangan Penerapan Muatan Lokal Budaya Mentawai’ yang digelar Panitia Pagelaran Budaya Mentawai 2008 dari YCM, di Dusun Mapaddegat, Jumat (14/11).

Menurut Aldes yang menjadi salah satu narasumber, ada lima hal substansial yang menjadi inti dari kebudayaan Mentawai yang perlu diwariskan sebagai kekayaan intelektual lokal yakni, pertama nilai dan norma-norma kekerabatan yang sangat kental nuansa kebersamaannya; kedua tata ruang daerah Mentawai yang sangat mempertimbangkan keserasian dengan lingkungan; ketiga sistem perladangan Mentawai yang sangat ramah lingkungan dan sangat bijak mengakomodasi kehendak alam; keempat ragam hayati tanaman obat yang sudah terbukti ampuh dan beberapa di antaranya endemik; dan kelima teknik pertukangan yang tergolong modern dan selaras dengan alam. Budaya Mentawai memang sarat nuansa kearifan lokal, sama saja dengan kebudayaan Nusantara lainnya, karena sama-sama menjadi alam sebagai guru.

“Ragam hayati tumbuhan obat-obatan saja di Mentawai, menurut Dayar Arbain, ahli farmasi dari FMIPA Unand (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas), lebih dari 320 jenis, semuanya sudah terbukti berkhasiat,” kata Aldes.

“Kalau tidak diwariskan dengan baik dari sekarang kepada generasi muda Mentawai ke siapa lagi sumber daya yang sangat kaya ini akan diwariskan? Haruskah peneliti-peneliti dari luar negeri lagi yang akan mengambil keuntungan?” gugatnya.

Melalui Bumen generasi muda akan tahu lebih banyak potensi sumber daya alam mereka sendiri, terutama yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan dibutuhkan banyak kalangan di dalam negeri dan mancanegara. “Pemda bisa menyiapkan ahli-ahli farmasi Mentawai itu sejak dini, sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat dan daerah terus membaik di masa depan,” tambah Aldes.

Begitu pula arsitektur tradisional Mentawai yang hanya mengandalkan teknik ikat dan pahat. “Sangat cocok untuk daerah yang rawan bencana, misalnya gempa, dan berada di tengah samudera seperti Mentawai,” katanya lagi.

Jadi yang akan diwariskan melalui mulok Bumen itu bukanlah sekedar pengetahuan dan ketrampilan tentang tari-menari atau nyanyi-menyanyi yang sebetulnya juga penting, karena kesenian merupakan sarana pengajaran dan hiburan yang dibutuhkan masyarakat untuk memperkuat identitas etnisnya.

Hal ini terkait pernyataan Kortanius Sabelekake’ pada seminar yang sama bahwa tanpa identitas etnis seseorang itu bukanlah apa-apa. “Kita bisa belajar budaya mana saja, tapi kita takkan pernah dikenal sebagai orang lain, selamanya kita akan dikenal sebagai orang Mentawai dan karena itu sangatlah penting mengenal dan mempelajari kebudayaan sendiri,” tegasnya.

0 komentar:

Post a Comment