Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  #  |  need help ?

Ibu-ibu Ulu Jami Jakarta Nikmati Talu

Written By imran rusli on Saturday, July 2, 2011 | 3:38 PM

TALU—Sebanyak 27 orang pengurus KSPW WU (Koperasi Simpan Pinjam Wanita Warga Ulu Jami) Cempaka, dari Kelurahan Ulu Jami Jakarta Selatan menikmati malam pertama dari agenda wisata lima hari mereka di Talu, KecamatanTalamau, Pasaman Barat, Jumat (22/10).

Rombongan tur yang tiba di Talu sekitar pukul 19.00 WIB disambut meriah di Rumah Godang Tuanku Bosa Suku Jambak, Koto Dalam. Mereka diterima para pejabat Pasaman Barat, Muspika Talamau, Wali Nagari Talu Jufri Ssos dan Sinuruik Drs Masrivelli, serta tentu saja Tuanku Bosa XIV—Pucuk Adat Talu—dr Fadlan Maalip dan tokoh-tokoh masyarakat Talu lainnya. Dua pejabat yang hadir adalah Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Hasnal dan Kepala Dinas Pendidikan Hendri, sedangkan Muspika Talamau antara lain Camat Syafruddin dan Kapolsek Talamau Iptu Mushendra.

Dalam sambutannya Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pasaman Barat mengungkapkan kegembiraanya terhadap kunjungan ibu-ibu dari Ulujami, Jakarta Selatan ini. “Wisata Pasaman Barat terus berbenah, salah satu andalan kita adalah Rumah Godang Tuanku Bosa Suku Jambak ini dan Tobek Godang di atas bukit, di Rumah Godang orang dapat menikmati wisata budaya seperti tari-tarian, musik tradisional, randai, pencak silat, ronggeng dan prosesi macam-macam ritual adat, sementara di Tobek Godang orang bisa menikmati wisata alam seperti mincing, main perahu, mengamati belibis, dan saya dengar akan ada fasilitas outbond juga, semoga ibu-ibu mendapat kesan tak terlupakan dari Talu,” katanya.

Ibu-ibu dari Ulu Jami ini sangat terharu disambut begitu antusias. “Kami sangat terharu sekaligus bangga mendapat sambutan seperti ini, sambutan yang sangat luar biasa dan jauh dari bayangan kami, sudahlah menikmati panorama alam Minang yang indah dengan air sungainya yang jernih, disuguhi hidangan lezat dan unik, eh masih ditambah pula dengan sambutan yang mengesankan,” kata Linarni Ningsih, Ketua Badan Pengawas KSPW Cempaka dalam sambutannya.

Tuanku Bosa XIV, dr Fadlan Maalip menjelaskan, bahwa ibu-ibu KSPW Cempaka merupakan rombongan pertama dari Jakarta yang sampai ke Rumah Godang Tuanku Bosa Suku Jambak. “Sebelumnya ada rombongan berjumlah 85 orang yang berencana datang Juli lalu, tapi tidak jadi karena kendala transportasi, padahal kami sudah siapkan sambutan untuk 150 orang, jadi ibu-ibulah jadinya yang pertama datang dari Jakarta,” katanya.

Menurut Ketua KSPW Cempaka Rosita Emilia, kunjungan ke Talu merupakan tujuan hari pertama dalam lima hari tur yang direncanakan. Obyek wisata yang disasar di sini adalah wisata alam dan budaya, mengingat Talu dikenal dengan sumber air panas dan seni budayanya, seperti ronggeng dan pencak silat.

“Rumah godang Talu merupakan target utama karena kami sudah mendengar kabar dibangunnya rumah gadang ini oleh Tuanku Bosa XIV, kabarnya ini rumah gadang yang lengkap dengan berbagai pernik-pernik budaya khas Talu, seperti baju kebesaran raja Talu, songkok, tongkat, persenjataan dan lain-lain,” kata wanita kelahiran Talu yang malam itu sempat melepas rindu dengan menyanyikan lagu ‘Rang Talu’ bersama beberapa pengurus lainnya diiringi talempong dan suling dari para seniman Rumah godang.

KSPW Cempaka adalah koperasi wanita yang tergolong sukses. Didirikan tahun 1985, kini—25 tahun kemudian–sudah memiliki 450 anggota dan simpanan anggota Rp2 milyar. “Kami juga sudah membangun gedung sendiri, berupa ruko tiga lantai di Ulu Jami,” ungkap Rosita.

Tur ke obyek wisata ini merupakan kebijakan pengurus dan dilakukan sekali dua tahun. “Pengurus kan tidak digaji, jadi setiap kali usai rapat tahunan kami dapat hadiah, tapi kami tidak membagi SHU (Sisa Hasil Usaha) dalam bentuk uang, tapi menggunakannya seperti ini, jalan-jalan ke tempat-tempat wisata, tahun 2008 kami ke Bali,” ujar Rosita lagi. Koperasi ini memiliki beberapa usaha, antara lain catering.

Bendahara KSPW Cempaka Suhartini membenarkan. “Kalau dibagi dalam bentuk uang kan besarannya beda-beda, jadi supaya menyenangkan semua kami pilih bertamasya sama-sama, dan Sumatera Barat ini ternyata sangat indah, masih banyak sungai berair jernih,” katanya.

Sabtu (23/10) rombongan melanjutkan perjalanan ke Bukittinggi. “Sebelum itu kami ke Maninjau, ingin merasakan lewat di Kelok 44 yang terkenal itu,” tambah dia. Tur wisata ibu-ibu KSPW Cempaka ini menggunakan jasa Titian Tour yang berbasis di Bukittinggi. ran

3:38 PM | 0 komentar

Kejamkah Kalau Kuasa Asuhnya Kami Gugat?

Written By imran rusli on Friday, July 1, 2011 | 4:11 PM

Sesuai kesepakatan, cucu kami Keken sudah dua bulan di tangan ibu kandungnya di Natuna. Kami sendiri tinggal di Pekanbaru. Sebelumnya Keken diserahkan ke dalam pengasuhan kami karena ibunya dipenjara dan keluarga besar ibunya tak mau menerimanya dengan alasan anak haram.

Keken kami asuh sejak berusia 12 hari. Saat berusia 2 tahun 10 bulan Keken ‘diculik’ ibu kandungnya yang katanya ingin merawatnya. Kami lapor polisi untuk perbuatan tidak menyenangkan. Dia takut dan minta damai. Mediasi pun dilakukan.

Perjanjiannya saat mediasi Keken akan dibawa ke Pekanbaru setiap bulan, tapi sepertinya janji itu hanya agar bisa membawa Keken ke Natuna, selanjutnya terserah saja. Buronan polisi sering lari ke Natuna dan tak pernah dicari katanya belakangan.

Ketika ditelepon untuk mengingatkan pada kesepakatan dia berdalih gelombang Laut Cina Selatan tinggi. OK kami setuju karena kami juga tidak ingin Keken celaka dalam perjalanan selama 35-40 jam tersebut. Kami baru tahu kalau akses ke Natuna susah kapal hanya ada sekali 2 minggu.

Dia juga berdalih tiket pesawat mahal dan susah didapat. Kami kurang setuju karena yang ngotot berjanji seperti itu dia sendiri, dan sebelum ini uang sama sekali bukan masalah untuk PSK seperti dia yang ulang tahunnya saja selalu dipestakan meriah di klub-klub malam di Pekanbaru. Tapi memang kamibaru tahu ongkos pesawat bisa mencapai Rp3 juta sekali jalan.

Lalu dia mengeluh bahwa Keken nakal sekali, waktunya habis mengurus Keken, dia juga mengeluh tak punya uang untuk beli susu Keken. Ke mana arahnya nih?

Kalau memang tak sanggup bertanggungjawab atas Keken untuk apa dia ngotot mengambilnya?

Ini menimbulkan kekuatiran kami, berdasarkan beberapa hal:

  1. Katanya dia ingin berhenti jadi PSK dan mau jualan baju di Natuna, kini dia mengeluhkan penjualan seret.
  2. Katanya dia mau menikah baik-baik dengan ayah biologis Keken—belum dipastikan dengan test DNA—nyatanya belum-belum juga, dia ngontrak di tempat lain, pacarnya di rumah orang tua.
  3. Dia dulu ditahan karena kasus narkoba kini ditengarai masih mengonsumsi narkoba agar bisa tidur.
  4. Dia tak biasa mengurus batita dan sering mengeluhkan waktunya yang habis tersita untuk Keken.
  5. Keluarga di Pekanbaru dua saudara laki-lakinya mantan narapidana untuk kasus narkoba dan pencurian, ayahnya kini ditahan di LP Pekanbaru karena kasus perkelahian di terminal, ibunya janda sejak dia masih kecil dan kerja serabutan, adik perempuannya PSK juga.
  6. Kalau terjadi apa-apa dengan dia atau dia harus pergi cari uang dengan profesi lamanya Keken akan ditinggal bersama orang-orang ini.

Karena itu selain melanjutkan kasus perbuatan tidak menyenangkan, kami juga berencana menggugat kuasa asuhnya, karena kami tidak mau Keken tumbuh seperti ibu, tante dan oomnya.

Kami ingin bersama Keken sampai ajal memisahkan, tapi kalau hukum tak membolehkan kami ingin Negara menyerahkan Keken pada pasangan muda yang sehat secara sosial dan ekonomi serta punya kepedulian, kasih sayang dan empati pada anak, sehingga Keken bisa tumbuh normal dan sehat.

Apakah itu mungkin? Dan kejamkah itu?

4:11 PM | 0 komentar

Sharing

Info

Sosok

Popular Posts